Lagu Payung Teduh Resah Menceritakan Tentang Apa
Tahukah kalian dibalik indahnya karya lagu2 payung teduh ternyata terdapat cerita mistis dibalik dibuatnya lagu yang berjudul Resah, cerita ini sempat menghebohkan dunia maya dan menjadi bahan perbincangan para netizen ada yang bilang lagu ini enak didengar tetapi jika tahu cerita sebenarnya dibalik diciptakannya lagu ini tak sedikit yang merinding.
Awal mula ceritanya terdapat ada sekelompok teman yang sedang mendaki dan satu diantara orang tersebut yang berinisial X terdapat masalah cinta.
Singkat cerita dalam beberapa waktu si X ini tiba-tiba menghilang dari teman-temannya dan mereka mulai merasa khawatir mereka mencari kesana kemari tak lama teman-temannya akhirnya pun menemukan si X yang sudah tergelantung di sebuah pohon dan mereka menemukan sebuah catatan puisi, dan catatan puisi itulah menjadi sebuah lagu yang berjudul Resah.
Tentunya kalian pasti tidak asing dengan lirik ini "Aku ingin berdua denganmu Di antara daun gugur" banyak yang bilang daun gugur tersebut dikonotasi sebagai wafat, kalau kita samakan dengan cerita sebelumnya orang yang berinisial X diakibatkan sang kekasih yang telah meninggal dunia duluan, dan si X ingin selalu bersama sang kekasihnya.
Dan lirik selanjutnya juga mengerikan "Aku menunggu dengan sabar Di atas sini, melayang-layang" pernahkah kalian melihat orang gant*ng dir* menapak ke lantai atau tanah pernyataan ini semakin diperkuat dengan lirik selanjutnya yang berbunyi "Tergoyang angin menantikan tubuh itu" bagaimana pendapat kalian?.
Jujur saya merinding setelah tahu cerita dibalik lagu payung teduh yang berjudul Resah ini, sebelum saya tahu saya sangat menikmati lagu tanpa pernah terfikirkan ada cerita mistis dibalik lagu ini, apakah kalian merinding juga?.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Music Selengkapnya
Bagi penggemar musik tanah air, baik itu grup band maupun solo pastinya sudah tidak asing lagi di telinga kalian mengenai lagu-lagunya yang memiliki makna begitu dalam di balik pembuatannya.
Nah, grup band atau solo yang memiliki lagu-lagu enak, teduh, mellow dan memiliki makna didalamnya adalah "Payung Teduh." Payung Teduh sendiri lahir dari dua orang sahabat yang berprofesi sebagai pemusik di sebuah Teater Pagupon dan gemar sekali nongkrong bareng di kantin FIB (Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia, mereka adalah Is dan Comi.
Kedua orang ini gemar sekali bermain musik dan nongkrong bersama di kantin, selasar gedung kampus, tepi danau hingga acara event-event di luar kampus. Secara tidak sadar kebersamaan yang sudah terjalin kuat ini, telah menguatkan karakter bermusik mereka dan telah disadari bagi orang-orang sekitar yang sering menyaksikan mereka bermain musik bersama.
Maka dari itu, pasti kalian sudah mengenalinya bukan dan grup band Payung Teduh ini sudah memberikan cita rasa baru di industri musik Indonesia ini. Tapi by the way, ternyata dari sekian banyak lagu-lagu yang dihasilkan oleh Payung Teduh, ada satu lagu yang memang sangat teduh, mudah didengar dan memiliki makna yang begitu dalam.
Lagu tersebut muncul dari album kedua mereka "Dunia Batas", yaitu Resah. Mengapa lagu ini mimin kasih tau, karena selain membuat teduh dan mudah di dengar, lagu ini ternyata memiliki sebuah cerita mitos di balik lirik lagunya yang mengayun-ayun. Pada suatu hari, salah satu personil Payung Teduh, Aziz Kariko atau Comi yang juga seorang dosen, menceritakan pengalamannya kepada mahasiswanya.
Jadi ceritanya itu berawal, pada saat Coki sedang hiking bersama teman-temannya. Suatu ketika, ada salah satu teman laki-lakinya yang curhat kalau dia itu sedang dilanda kegalauan akibat masalah cinta dengan pasangannya. Namun katanya, ditengah perjalanan temannya itu menghilang dan semuanya sibuk mencari keberadaannya.
Akan tetapi, karena kesusahan mencarinya dan engga ketemu-ketemu, akhirnya mereka memutuskan untuk menunggu di pos selanjutnya. Karena tak kunjung datang, akhirnya mereka memutuskan untuk mencari kembali. Tak berselang lama, teman yang hilang ini akhirnya ditemukan dalam kondisi tak bernyawa tergantung di atas pohon.
Kemudian, pada saat orang ini hendak di evakuasi dari atas pohon, ternyata di kantong bajunya itu ada sepucuk surat yang berisi puisi. Nah, penggalan dari puisi itulah kemudian dimasukkan ke dalam lirik lagu Resah. Bagi kalian yang belum tau lagunya, yuk mari kita telaah satu per-satu liriknya:
Di mulai dari lirik pertama, yang bunyinya itu "Aku ingin berjalan bersamamu dalam hujan dan malam gelap.
Coba kalian fokus pada dua kata ini, "hujan" dan "malam gelap". Setelah kalian fokus kepada dua kata tersebut, menurut kalian nih, jika kalian ingin pergi bersama pacar atau orang yang kalian sayangi, mungkinkah kalian akan pergi saat hujan dan malam gelap? Kemungkinannya akan sangat kecil. Kemudian, ketika malam Minggu hujan aja pasti kalian bingung kan, apalagi kalau malam-malam. Nah maka dari itu, kata "malam gelap" disini kalau menurut mimin lebih mengarah pada dunia yang lain, bukan dunia kita.
Lihat Music Selengkapnya
Pasti kalian sudah tidak asing lagi dengan lagu dari Payung Teduh yang berjudul “Resah”. Dari nadanya saja kita sudah merasakan kesenduan yang dibuat oleh sang penyanyi tersebut.
Namun, apakah kalian tahu makna tersembunyi yang terkandung dalam lirik lagu Payung Teduh tersebut? Mungkin kalian bakal merinding jika mendengarkannya lagi dengan makna yang berbeda.
Mari kita mulai dengan lirik pada bait pertama, “Aku ingin berjalan bersamamu dalam hujan dan malam gelap”. Kalimat tersebut menyuratkan bahwa penulis ingin berdua dengan seseorang di malam hari, saat hujan dan gelap. Pertanyaannya, mengapa harus pada saat malam dan turun hujan? Secara tersirat lirik tersebut mengartikan bahwa seseorang yang dia temui atau si penulis sendiri hanya bisa ditemui saat malam hari, untuk hujannya mungkin hanya untuk menambah suasana romantis. Pada malam hari yang gelap gulita. Bisa kalian tebak siapa yang ditemui oleh penulis ini atau siapa penulis itu sebenarnya?
Kita beranjak ke lirik yang kedua, “Tapi aku tak bisa melihat matamu”. Lirik kedua ini memperkuat lirik pertama yang menyiratkan bahwa orang yang dia temui atau mungkin si penulis sendiri tidak bisa dilihat oleh mata manusia biasa. Maksudnya bukan tidak punya mata, ya. Namun lebih tepatnya dia hanya bisa merasakan kehadirannya saja. Dia hadir, tapi tidak terlihat. Oke, sampai sini saya sudah cukup paham akan mengarah ke mana.
Kita lanjut pada lirik ketiga, “Aku ingin berdua denganmu di antara daun gugur”. Arti pada lirik ini sudah tersurat pada liriknya sendiri. Menurut saya, lirik ketiga ini tidak menyiratkan apa pun selain si penulis masih ingin berdua dengan orang yang dia temui di bawah pohon dengan daun-daunnya yang berguguran.
Akan tetapi lirik keempat akan sangat berpengaruh terhadap lirik pertama tadi, “Aku ingin berdua denganmu, tapi aku hanya melihat keresahanmu”. Pada lirik tersebut sudah jelas siapa yang ingin berdua dan siapa yang resah. Menurut lirik tersebut, yang ingin berdua adalah sang penulis dan yang resah adalah orang yang ingin ditemui penulis. Mereka sebenarnya sudah ada di satu tempat yang sama, tapi yang ditemui penulis ini tidak tahu bahwa sang penulis udah datang. Dia memang merasakan kehadiran sang penulis. Bukan dengan perasaan gembira, melainkan dengan perasaan resah.
Lirik selanjutnya sudah jelas, “Aku menunggu dengan sabar di atas sini melayang-layang”. Sudah tersurat dan tersirat makna dari lirik tersebut adalah sang penulis sudah berada di atas yang artinya dia tidak berada di dunia yang sama dengan orang yang ingin dia temui. “Melayang-layang” yang berarti tubuhnya bukan lagi tubuh manusia seperti kita, melainkan berupa roh yang melayang pada dunia lain di atas sana. Sampai sini saya paham apa makna yang ingin disampaikan oleh penulis. Dia sudah tiada dan dia menunggu kekasihnya datang ke dunianya agar mereka bisa bersama kembali.
Oke, kita sampai pada lirik terakhir, “Tergoyang angin menantikan tubuh itu”. Lirik tersebut adalah lanjutan dari lirik sebelumnya yang mengatakan bahwa dia menunggu tubuh yang dia nanti-nantikan terbang bersamanya. Dalam artian dia menunggu kekasihnya tiada juga dan mereka bisa bersama. Kok saya jadi merinding, ya? Coba bayangkan bagaimana rasanya ditunggu kematiannya oleh orang yang sudah meninggal?
Agak ngeri juga, walaupun saya tahu bahwa mereka saling cinta dan ingin tetap bersama. Akan tetapi jika sudah membahas kematian, sudah lain ceritanya. Urusan hidup dan mati agak konyol menurut saya jika dikaitkan dengan cinta. Iya, kita pasti akan sedih jika kehilangan orang yang kita cintai, tapi dalam hati kecil kita pun sebenarnya belum siap untuk menyusul mereka. Bagaimana menurut kalian soal makna lagu “Resah” Payung Teduh ini?
BACA JUGA ‘Bang-bang Wetan’, Lagu Jawa Sarat Makna yang Sering Dikira Lagu Horor dan tulisan Nisia Anindita Rinjani lainnya.
Terakhir diperbarui pada 15 Maret 2021 oleh Intan Ekapratiwi